KabarIndonesia - Indonesia negeri kita tercinta ini sungguh kaya akan seni dan budaya. Tanah air kita ini memiliki beragam kesenian yang unik dan berbeda-beda pada tiap daerah, mulai dari Sabang hingga Merauke. Keunikan dan keindahan tarian tradisional dan adat dari daerah-daerah di Indonesia tidak ada yang sanggup menyamakan. Karena itulah kita sebagai warga negara yang baik patut ikut serta menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia.
Apakah kita sudah cukup menjaga kebudayaan kita? Banyaknya kesenian dan kebudayaan kita yang diklaim oleh Negara Malaysia, menunjukkan kita tidak menjaga kebudayaan dan kesenian negeri sendiri. Atau apakah sudah tidak ada lagi orang-orang Indonesia yang masih melakukan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia? Kalau keadaan seperti ini terjadi terus menerus, sepertinya lama-lama hilang dari permukaan bumi sesuatu yang disebut kebudayaan Indonesia.
Namun, kelihatannya penduduk Indonesia masih banyak yang menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa ini. Walaupun tidak terlalu banyak, tetapi setidaknya masih ada. Apalagi pengaruh dari kebudayaan luar banyak mempengaruhi budaya Indonesia sendiri. Percampuran budaya juga membuat kebudayaan asli hilang. Kita masih bisa melihat orang yang menggunakan bahasa daerah, menjalankan adat-adat daerah atau masih memperagakan tarian-tarian khas dari berbagai daerah di Indonesia. Hal-hal kecil seperti itu tentu bisa membantu menjaga keutuhan sebuah budaya di masyarakat. Tetapi ada hal lain dari masalah kebudayaan yang tidak banyak masyarakat perhatikan.
Seniman tari asal Jawa Barat pergi ke Solo dalam rangka peringatan Hari Tari Sedunia yang akan diselenggarakan tanggal 29 April 2010. Mereka pergi menggunakan biaya sendiri karena ingin mementaskan tarian dari Jawa Barat dan juga mempelajari tarian dari daerah lain. Pemerintah Jabar tidak memberikan biaya kepada penari-penari ini. Mereka tidak banyak berharap mendapat bantuan dana dari pemerintah. Mereka takut kecewa dan merasa bisa mandiri tanpa harus meminta bantuan. Malu jika Jabar absen hanya karena alasan biaya (Kompas Jawa Barat 13/4)
Ternyata pada praktiknya pemerintahlah yang kurang memperhatikan masalah seni budaya di Indonesia. Tidak heran banyak budaya kita yang ditelantarkan sehingga bisa semudah itu diklaim oleh negara tetangga. Atau seperti kasus diatas, jika terus menerus pementasan tari Jawa Barat tidak pernah ada lagi, otomatis tarian-tarian dari Jawa Barat lenyap dari dunia pementasan tari. Tentunya para penarinya pun tidak pernah menarikan tarian Jawa Barat lagi. Apabila sebuah kebudayaan berbentuk tarian misalkan tidak ada lagi yang bisa menarikannya untuk dipentaskan, itulah yang disebut punahnya sebuah tarian.
Patut diketahui saat ini ada 40 seni asli Jawa Barat yang diambang kepunahan. Beberapa kesenian yang hampir punah antara lain topeng menor, ronggeng ketuk dan ngaguyah hujan. Kepunahan sebuah kesenian diakibatkan tidak ada lagi penikmatnya dan juga pelaku keseniannya. Selain itu juga diakibatkan jarangnya kesenian itu dipentaskan, sehingga tidak ada lagi orang yang mengetahui adanya sebuah kesenian tertentu.Sungguh amat disayangkan jika tarian-tarian yang berasal dari Jawa Barat lainnya ikut punah. Salah satu tarian dari Jawa Barat, tari Jaipong merupakan salah satu tarian yang sudah terkenal di mancanegara. Apabila tari Jaipong ikut punah, tentu hal ini akan mencoreng nama bangsa Indonesia. Untungnya masih ada sanggar-sanggar tari yang masih bersedia mengikuti peringatan Hari Tari Sedunia walaupun dengan kocek sendiri. Mereka masih peduli dengan kebudayaan Indonesia. Masih ada keinginan kuat dari hati para penari untuk terus mementaskan tarian dan juga senantiasa mempelajari tarian dari daerah lain. Tetapi mengapa pemerintah tidak mendukung pergerakan pemuda-pemudi Indonesia yang masih berkeinginan kuat menjaga kebudayaan Indonesia ini? Bahkan untuk sekedar mengikuti peringatan Hari Tari Sedunia, pemerintah Jawa Barat tidak menyisihkan dana untuk mengirim penari ke Solo. Seharusnya pemerintah mempunyai tindakan untuk membantu menjaga kelestarian kebudayaan negara kita. Kalau seperti ini terlihat jelas bahwa pemerintah kurang memberikan perhatian kepada masalah kebudayaan.
Pemerintah seharusnya memberikan dana khusus untuk mendirikan sanggar-sanggar budaya di institusi pendidikan agar minat pencinta budaya bisa bertambah dan ditanamkan sejak dini. Ini bisa meningkatkan penikmat sekaligus pelaku kebudayaan. Pemerintah juga harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendanai atau mengadakan suatu pagelaran. Ini bisa membantu agar masyarakat luas mengetahui keberadaan kesenian-kesenian khas daerahnya apalagi kesenian yang hampir punah.Selain itu memperhatikan institusi-institusi kesenian yang ada di Indonesia juga bisa meningkatkan kualitas kebudayaan dan kesenian yang ditampilkan. Ini juga sama saja dengan meningkatkan mutu pembelajaran di institusinya. Jadi pemerintah juga sekaligus bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Bisa diibaratkan dengan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Apabila rakyat Indonesia dan pemerintahnya turut serta menjaga kelestarian budaya ini, pasti kebudayaan negara Indonesia akan lebih dikenal di kalangan internasional dan tentunya akan sangat menguntungkan pemerintah dan para pelaku kebudayaannya. Apalagi dengan adanya momen yang tepat, Hari Tari Sedunia yang akan jatuh pada tanggal 29 April. Sepertinya ini merupakan saat yang tepat untuk pemerintah agar kembali menaruh perhatian kepada kebudayaan Indonesia.
sumber : http://www.kabarindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar